Siti Rohimah


KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Gofur yang tidak pernah kufur. Atas lindungan dan kasih sayang-Nya yang telah menghendaki terselesaikannya tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat berbingkai salam tak lupa juga penulis hanturkan kepada junjungan Nabi umat islam Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni Islam Rahmatan Lil ‘alamin.
Makalah dengan topik pembahasan “Difusi dan diseminasi inovasi” ini disusun dengan ringkas, dengan harapan agar pembaca dapat memahami dan mengambil manfaat dari makalah ini. Terselesaikannya pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari bimbingan Bapak Dadang Gani, S. Pd, I M.Ag Sebagai dosen “Inovasi Pendidikan”.
Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna perbaikan isi dari pembahasan topik ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.


Ciamis, Februari 2015

Penulis



DAFTAR ISI





BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Boyce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative basis over time.”
Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F. Floyd  Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation Diffusion: A New Perpective (1981).

A.    Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian difusi inovasi?
2.      Apa pengertian diseminasi inovasi?
3.      Apa prinsip homophily dan heterophily?
4.      Apa peranan dimensi waktu dalam proses difusi?
5.      Sebutkan lima kategori penerima inovasi?

B.     Tujuan Pembahasan

1.      Untuk menjelaskan pengertian difusi inovasi
2.      Untuk menjelaskan pengertian diseminasi inovasi
3.      Untuk menjelaskan elemen difusi inovasi
4.      Untuk mejelaskan prinsip homophily dan heterophily
5.      Untuk menyebutkan dan menjelaskan lima kategori penerima inovasi

BAB II
 PEMBAHASAN

A.    Pengertian Difusi Inovasi

Sebuah perkembangan selalu menimbulkan atau memunculkan sebuah perubahan baik besar maupun kecil yang memberi dampak pada lingkungan masyarakat yang ada. Inovasi merupakan sebuah ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang maupun kelompok masyarakat. Inovasi memberi sebuah solusi atau pengetahuan baru bagi individu atau masyarakat yang mampu menerima dan memanfaatkan dengan baik informasi (inovasi) yang sampai padanya.
Komunikasi dengan isi pesan berupa sebuah inovasi disebut sebagai proses difusi, yaitu proses komunikasi inovasi antar warga masyarakat (anggota system sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Disini, terjadi proses saling tukar menukar informasi (hubungan timbale balik), antar beberapa individu baik secara memusat (konvergen) maupun memancar (divergen), yang berlangsung secara spontan. Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi. Maka, difusi juga dapat merupakan salah satu tipe komunikasi, yaitu komunikasi yang mempunyai ciri pokok berupa pesan yang dikomunikasikan adalah hal yang baru (inovasi).
Seorang pakar difusi yaitu Roger (1995) mengatakan bahwa difusi adalah proses yang terjadi pada suatu waktu dan memiliki lima tahapan yaitu tahap pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Salah satu tahapan penting dalam proses keputusan inovasi adalah tahapan persuasi (pembentukan sikap), karena terjadi proses seleksi untuk berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi. Sehingga muncul suatu kesiapan (positif atau negatif) untuk berperilaku (M. Anwas, 2006:4).
Sebagai contoh dalam penggunaan website untuk pembelajaran (inovasi) di SMP, tahapan tersebut meliputi : a) pengetahuan, pihak SMP mendapat informasi mengenai internet dan website, yang dianggap baru dan bermanfaat; b) persuasi, setelah melakukan ujicoba, pihak sekolah yakin inovasi tersebut dapat dijadikan sebagai metode pengajaran baru dan kepala sekolah, guru memberi sikap positif terhadap inovasi tersebut; c) pihak sekolah memutuskan untuk menggunakan inovasi, melalui dukungan kepala sekolah, guru, dan orangtua; d) Implementasi, sekolah menggunakan inovasi tersebut; e) konfirmasi, pihak sekolah mengukuhkan penggunaan inovasi website karena manfaat yang diperoleh.
Menurut Roger (Ibrahim, 1988:59), ia membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan system difusi desentralisasi, yaitu :
1.      System difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal seperti : kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai hasilnya, dsb. Dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau pimpinan agen pembaharu.
2.      Dalam system difusi desentralisasi, penentuan tersebut dilakukan oleh warga masyarakat bekerja sama dengan beberapa orangyang telah menerima inovasi. Dan dalam pelaksanaan system difusi desentralisasi yang ekstrim tidak perlu agen pembaharu, warga masyarakat itu sendiri yang bertanggungjawab atas terjadinya difusi inovasi.  
B.     Pengertian Diseminasi Inovasi
Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut.
Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarkannya berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke depan baik melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi,
Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola. Hal ini berbeda dengan difusi yang merupakan alur komunikasi spontan.  Sehingga terjadi saling tukar informasi dan akhirnya terjadi kesamaan pendapat antara tentang inovasi tersebut.
Perubahan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat dan dinamika sosial dan politik akan mempengaruhi pilihan strategi komunikasi dan diseminasi informasi publik. Hal ini menjadi tantangan sekaligus catatan bagi pejabat publik dan humas pemerintah untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan tersebut.
Secara umum pola komunikasi di masa mendatang relatif

 tidak berubah. Komunikasi linier, sebagai basis, tetap digunakan. Namun, proses atau pendekatan  komunikasi transaksional (yang bersifat diskusi interaktif, kooperatif, egaliter, resiprokal) akan makin berkembang dan menjadi kebutuhan.
Fenomena ini bisa kita lihat, misalnya, acara-acara talkshow yang menghadirkan narasumber dan melibatkan pendengar, tetap menjadi pilihan. Hanya saja, media perlu berupaya agar mereka yang selama ini ‘diam’ menjadi ‘mau bersuara’ dan menghindari narasumber yang “itu lagi, itu lagi” karena akan membuat audiens cepat bosan.

C.    Elemen Difusi Inovasi

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
1.      Inovasi
Gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ”baru” dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2.      Saluran komunikasi
”Alat” untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber, paling tidak perlu memperhatikan:
a.       Tujuan diadakannya komunikasi
b.      Karakteristik penerima.
Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa.
Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
3.      Jangka waktu
Proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam:
a.       Proses pengambilan keputusan inovasi,
b.      Keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan
c.        Kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4.      Sistem sosial
kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.   
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi.
Menurut Ardianto dkk (2009), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup:
1.      Atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion),
a.       Keuntungan relative (relative advantage),
Adalah inovasi dapat diterima oleh masyarakat apabila menguntungkan secara ekonomis atau dapat meningkatkan prestise/status social serta kenyamanan dan kepuasan, juga merupakan unsur yang penting.

b.      Kesesuaian (compatibility),
Adalah suatu inovasi dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai – nilai yang berlaku, pengalaman yang telah dimiliki, kesesuaian dengan tradisi dan kebutuhan mereka yang melakukan adopsi.
c.       Kerumitan (complexity),
Adalah mutu derajat dimana inovasi dirasakan sukar untuk dimengerti dan dipergunakan. Selanjutnya Mulyana S (2009) mengatakan bahwa kerumitan dari inovasi, apabila dilaksanakan oleh sasaran. Kompleksitas inovasi yang diterima oleh anggota dalam sistem sosial sangat berpengaruh.
d.      Kemungkinan di coba (trialability),
adalah mutu derajat dimana inovasi di eksperimentasikan pada landasan yang terbatas.Mulyana S. (2009) mengatakan bahwa, dapat diujicobakan, setiap inovasi yang dibawa dapat diujicobakan dulu oleh sasaran sehingga dapat dilanjutkan/tidak, tergantung dari persepsi sasaran terhadap inovasi tersebut.
e.       Kemungkinan diamati (observability),
adalahhasil inovasi dapat disaksikan oleh orang lain atau dapat dilihat/tampak, dapat dikomunikasikan dan dapat dideskripsikan.
2.      Jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions),
a.       Keputusan individual:
1)      Keputusan optional melalui proses:
a)      Tahap kesadaran (awareness)
b)    Tahap menaruh minat (interest)
c)    Tahap penilaian (evaluation)
d)   Tahap percobaan (trial)
e)    Tahap penerimaan (adoption)
2)      Keputusan Kolektif
a)      Stimulasi minat ke arah kebutuhan terhadap ide baru (oleh stimulator)
b)      Inisiasi ide-ide baru dalam sistem sosial (inisiator, para pemula)
c)      Legitimasi ide baru melalui pemegang kekuasaan (pemerintah/pimpinan masyarakat)
d)     Keputusan bertindak (anggota sistem)
e)      Tindakan/pelaksanaan ide baru (anggota sistem sosial)
b.      Keputusan Otoritas:
Dimana suatu keputusan diambil dengan paksaan, atas dasar kepentingan atau mendesaknya suatu inovasi untuk diadopsi atau digunakan atau karena urgensi dari suatu inovasi tersebut harus digunakan dalam suatu sistem sosial. Karena apabila inovasi itu tidak segera dikhawatirkan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Disini dalam pengambilan keputusan tidak harus melalui tahapan-tahapan pengambilan keputusan.
3.       Saluran komunikasi (communication channel),
a.       Sumber,
b.      Media/khalayak
c.       Objek/interpersonal
4.      Kondisi sistem sosial (nature of social system),
Hal yang harus diperhatikan:
a.       Norma masyarakat,
b.       Toleransi terhadap penyimpangan
c.       Pola komunikasi.
5.      Peran agen perubah (change agents). 
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen: gencarnya promosi yang berorientasi pada klien, kerjasama dengan tokoh masyarakat, kredibilitas agen di mata klien.

D.    Prinsip Homophily dan Heterophily

Prinsip homophily merupakan salah satu prinsip berkomunikasi dimana komunikator dan komunikan atau pembicara dan khalayak atau lawan bicara merasa berada dalam persamaan. Sedangkan heterophily sebaliknya yaitu ketika pembicara dan khalayak atau lawan bicara berada dalam suasana perbedaan.
ilustrasi:
Ketika melakukan kegiatan presentasi proposal kerjasama dengan pemimpin perusahaan yang berasal dari Yogyakarta dan terkenal sangat santun sesuai dengan budayanya, maka Anton melakukan presentasi dengan santun, tapi jelas dan pasti. Hal ini membuat pemimpin perusahaan tersebut sangat terkesan dan menerima proposal yang dipresentasikan. Hal yang berbeda dengan presentasi yang dilakukan dalam prinsip heterophily seperti yang dialaminya tahun lalu, ketika itu ia mempresentasikan proposalnya dengan lugas, banyak menggunakan bahasa Inggris dan banyak mengambil contoh kasus di Amerika. Presentasinya tidak begitu disukai dan proposalnya tidak begitu disukai dan proposalnya ditolak mentah – mentah.

E.     Peranan dimensi waktu dalam Proses Difusi

Peranan dimensi waktu merupakan unsur penting dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal:
1.      Proses keputusan inovasi
Proses keputusan inovasi adalah tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi.
2.      Keinovativan individu atau unit adopsi lain
Keinovatipan individu yaitu kategori relatif tife penerima inovasi.
3.      Rata-rata adopsi dalam suatu sistem
Rata-rata adopsi dalam suatu sistem yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.

F.     Lima Kategori Penerima inovasi

Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok penerima inovasi sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Gambaran tentang pengelompokan penerima inovasi dapat dilihat sebagai berikut:
1.      Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, aktif, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi.
2.       Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati.
3.       Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4.       Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5.       Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Inovasi merupakan sebuah ide, barang, kejadian metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang maupun kelompok masyarakat. difusi adalah proses yang terjadi pada suatu waktu dan memiliki lima tahapan yaitu ahap pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.
2.      Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarannya berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke depan baik melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi.
3.      Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: a) Inovasi, b) saluran komunikasi, c) jangka waktu, d) sistem sosial.
4.      Prinsip homophily merupakan salah satu prinsip berkomunikasi dimana komunikator dan komunikan atau pembicara dan khalayak atau lawan bicara merasa berada dalam persamaan. Sedangkan heterophily sebaliknya yaitu ketika pembicara dan khalayak atau lawan bicara berada dalam suasana perbedaan.
4.      Peranan dimensi waktu merupakan unsur penting dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: a) Proses keputusan inovasi, b) Keinovativan individu atau unit adopsi lain, c) Rata-rata adopsi dalam suatu sistem
5.      Lima kategori penerima inovasi: a) innovators, b) early adopters, c) early majority, d) late majority, e) laggards

B.     Saran

Dengan adanya pembahasan tentang Dari makalah saya yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi saya pribadi. Yang baik datangnya dari Allah Swt, dan yang buruk datangnya dari saya. Dan saya sadar bahwa makalah saya ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi saya harapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

DAFTAR
PUSTAKA

Pdf Jat-jat Wirijadatina

0 Responses

Posting Komentar