Siti Rohimah


Konsep dan Manajemen Pendidikan Islam

A.    Pengertian Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsep adalah  rancangan suatu ide atau pengertian yg diabstrakkan dari peristiwa konkret, adapun secara umum konsep dapat dirumuskan pengertiannya sebagai suatu resprentasi abstrak dan umum tentang sesuatu. Konsep dapat dimengerti dari sisi subjek maupun dari sisi objek.  Dari sisi subjek, suatu konsep adalah kegiatan merumuskan dalam memikirkan atau mengolong-golongkan rancangan.

Adapun konsep menurut beberapa ahli sebagai berikut:
1.      Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.   
2.      Menurut Bahri (2008:30) pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).    
3.      Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.
B.     Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen berasal dari bahasa Inggris: management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum sebagai mengurusi. Selanjutnya definisi manajemen berkembang lebih lengkap. Lauren A.Aply-seperti yang dikutif Tanthowi (1983) misalnya, menrjemahkan manajemen sebagi  “The  art of getting done though people”.
Manajemen sering diartikan sebagi ilmu, seni, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu pleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasa sama ini lebih bermanfaat bagi kemenusian.
Pada sisi lain Mary Parker Follet (Stoner, 1986) menjelaskan bahwa manajemen dapat juga dipandang sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain, definisi ini mengandung arti bahwa seseorang manajer dalam mencapai tujuan organisasi melibatkan orang lain untuk melaksanakan untuk berbagai tugas yang telah diatur oleh manajer. Karena manajemen dipandang sebagai seni, maka seorang manajer perlu mengetahui dan menguasai seni meminpin yang berkaitan erat dengan gaya kepeminpinan yang tepat dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Selain manajemen diapandang sebagai ilmu dan seni, manajemen juga dapat diakatakan sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai prestasi manajer yang diikat dengan kode etik dituntut untuk bekerja secara profesional. Seorang profesioanal menurut Robert L. Katz harus mempunyai, kemampuan sosial (hubungan manusiawi). Dan tekhnikal. Kemampuan konsep adalah kemampuan mempersepsi organisasi sebagi suatu sistem, memahami perubahan pada setiap bagaian yang berpangaruh terhadap keseluruhan organisasi, kemampuan mengkoordinasi semua kegiatan dan kepentingan organisasi. Kemampuan sosial atau hubungan manusiawi diperlihatkan agar manajer mampu bekerja sama dan meminpin kelompoknya dan memahami anggota sebagi individu dan kelompok, adapun kemampuan tehnik berkaitan erat dengan kemampuan yang dimilki manajer dalam menggunakan alat, prosedur dan tekhnik bidang khusus seperti halnya tekhnik dalam perencanaan program anggaran, anggaran pendidikan dan sebagainya.
Selain pandangan tersebut diatas, yang menjelaskan bahwa manajemen dipandang sebagai ilmu, seni, dan profesi. Dalam hal ini juga dikemukakan tentang pengertian manajemen dari beberapi ahli sebagai berikut:
1.      A. Sayyid Mahmud Al-Hawary dalam bukunya “Al-Idaroh Al-Ushul Wal Ushushil Ilmiyah”  sebagai berikut:
“Manajemen adalah: mengetahui kemana yang dituju , kesukaran apa yang ahrus dihindari, kekuatan apa yang ahrus dijalankan dan bagaimana mengemudikan kapal anda serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam proses mengerjakannya.”
2.      Stonner berpendapat manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar dapat mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.
3.      Sondang Palan Siagian, manajemen adalah kesulurahan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Dari pengertian manajemen menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah kegiatan seseorang dalam mengatur organisasi, lembaga atau sekolah dan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dalam pengertian ini ada beberapa unsur yang dapat diberikan penjelasan sebagai berikut:
1.      Adanya proses, hal ini menunjukan bahwa dalam manajemen adanya suatu tahapan-tahapan yang ahrus dilaksanakan oleh seorang manajer.
2.      Adanya menata, ini berkiatan erat dengan makna manajemen secara etimologis yaitu to manage yang berarti mengelola, mengatur atau menata.
3.      Adanya upaya atau menggerakan, setelah diatur dan ditata dengan baik perlu dilaksanakan secara profesioanal. Dalam hal ini seorang manajer harus selalu memberikan bantuan, dukungan, dan dorongan agar para staf dan bawahannya bisa bisa bekerja secara profesional.
4.      Adanya sumber-sumber potensial yang harus dilibatkan baik yang bersifat manusia maupun non manusia. Dalam melibatkan sumber daya manusia perlu memperhatikan kehlian dan profesioanalitas, sedangkan sumber daya yang blain juga perlu diperhatikan mutu dan kualitasnya.
5.      Adanya tujuan yang harus dicapai, tujuan yang ada harus disepakati oleh keseluruhan anggota organisasi. Hal ini agar semua sumber daya manusia mempunyai tujuan yang sama dan selalu berusaha untuk mensukseskannya. Dengan demikian tujuan yang didapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas dalam organisasi.
6.      Tujuan harus dicapai secara efektif dan efisien. Hal ini dimaksudkan agar agar para staf organisasi berusaah semaksiamal mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati dalam organisasi.
Manajemen pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda sehingga banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering digunakan adalah ‘administrasi’. Sebenarnya pengertian kedua istilah tersebut tidak sama persis. Istilah administrasi lebih menunjuk pada pekerjaan tulis menulis, sedangkan istilah manajemen lebih cenderung pada satu pekerjaan yang dilakukan pimpinan, jadi lebih menunjuk pada kegiatan sebuah organisasi.
Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidiakn yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.
Berdasarkan kedua rumusan di atas manajemen pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
Manajemen pendidikan islam adalah suatu proses penataan/pengelolaan lembaga pendidikan islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan non manusia dalam menggerakannya untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien.
Manajemen yang tidak efektif, yaitu manjemen yang tidak efektik memenuhi tujuan karena adanya mis-manajemen. Manajemen yang “efektif tetapi tidak efisien”, yaitu manajemen yang berhasil mencapai tujuannya tetapi melalui penghamburan atau pemborosan (tenaga, waktu dan biayaya).  Sedangkan manajemen yang “efisien “ adalah manajemen yang berhasil mencaapi sasrannya dengan sempurna, cepat, tepat dan selamat.
Suatu pekerjaan dikatakan efektif ialah kalau pekerjaan itu memberi hasil yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan semula, dengan kata lain kalau pekerjaan itu sudah mampu merelisasikan tujuan lembaga penddiikan islam dalam aspek yang dikerjakan dalam hal ini yang melaksunakan pekerjaan itu adalah manjer.
 Fungsi-fungsi manajemen
1.      Membuat keputusan
Pembuatan keputusan dalam suatu organisasi dapat diartikan usaha penciptaankejadian-kejadian dan pembentukan masa depan. Setiap keputusan yang diambil sesungguhnya mengandung implikasi-implikasi, baik positif maupun negatif. Tak heran, jika keputusan itu sendiri diartiakan sebagai proses memilih tindakan tertentu antara sejumlah tindakan alternatif (Sutisna, 1985:149). Dalam hubungannya dengan organisasi, sebuah keputus organisasi memiliki siafat yang mengiakt dan pengaruh yang kuat dalam proses implementasinya terhadap organisasi yang bersangkutan secara kelembagaan. Selain karena mencerminkan kebijakan kolektif organisasi, sebauh keputusan diambil berdasarkan musyawarah organisasi baik berkenaan dengan penyelesaian berbagai problematika maupun memunculkan alternatif-alternatif solusi. Demikian pentingnya keputusan tersebut, secara teoritis terdapat lima prosedur yang harus ditempuh dalam menyusun keputusan , antara lain:
a)      Menentukan masalah
b)      Menganalisa situasi yang ada
c)      Mengembangkan alternatif-alternatif yang ada
d)     Menganalisa alternatif-alternatif yang ada
e)      Menganalisa alternatif kemungkinan
f)       Memilih alternatif yang paling mungkin
Berbeda dengan lima prosedur diatas, Dromond mengungkapakan lima langkah penting dalam pengambilan keputusan. Kelima langkah tersebut antara lain:
a)      Mendentifikasi suatu masalah
b)      Memperjelas dan menyusun prioritas sasaran
c)      Menciptakan pilihan
d)     Menilai pilihan-pilihan
e)      Memeperbandingkan akibat-akibat yang diramalkan pada masing-masing pilihan dengan sasaran
f)       Memilih pilihan dengan konsekuensi dan sasaran
Prosedur-prosedur dan langkah-langkah pengambilan keputusan meskipun berbedasatu sama lain, namun memiliki muara yang sama, yaitu pengambilan keputusan tersebut diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh organisasi. Secara sederhana, keputusan yang diambil tersebut setidaknya merupakan keputusan yang lebih baik dari alternatif-alternatif yang ada. Seorang manajer dalam hal ini dituntut memiki sifat berani dalam mengambil keputusan yang didasarkan atas berbagai keputusan, setidaknya memiki dua fungsi pokok, yaitu:
a)      Sebagai pangkal tolak semua kegiatan manusia yang sadar dan terarah, baik kegiatan individual maupun komunal dan organisional.
b)      Menentukan masa depan sebab keputusan bersifat futuristik, maka efeknya akan terlihat pada masa akan datang meskipun penuh ketidakapastian maka keputusan harus dibuat dalam totalitas perencanaan.
2.      Merencanakan
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai besercta cara-cara untuk mencapi tujuan tersebut. “perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebiajakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Dalam proses merencanakan ini mengandung beberapa dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu:
a)      Pra rencana yang berisi pengumpulan dan pengolahan data, diagnosis dan prognosis keadaan, perumusan kebijakan, estimasi kebutuhan, menganggarkan kebutuhan, menganggarkan kebutuhan, dan memilih sasaran
b)      Merumuskan rencana; perincian rencana
c)      Implementasi rencana
d)     Revisi perencanaan kembali
Untuk memudahkan dalam menyusun perencanaan organisasi, sedikitnya ada lima pertanyaan yang mesti dijawab. Kelima pertanyaan ini merupakan panduan yang dapat membimbing manajer atu peserta pengambilan keputusan, antara lain:
a)      Apa yang akan dikerjakan dalam satu kurun waktu tertentu?
b)      Siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan dan kepada siapa bertanggungjawab?
c)      Prosedur, mekanisme dan metode kerja yang bagaimana yang akan diberlakukan untuk pelaksanakan kegiatan tersebut agar terintegrasi dengan baik?
d)     Adakah penjadwalan kegiatan yang jelas dan harus ditaati?
e)      Apa alasan yang benar-benar data dipertanggungjawabkan tentang mengapa berbagai kegiatan harus dilaksanakan?
Setelah menjawab kelima pertanyaan tersebut sistem perencanaan organisasi memerlukan suatu integritasi dari berbagai macam sub pembuatan keputuasan dan pada akhirnya perenacanaan tersebut mencakup:
a)      Penetapan tujuan, sasaran, kebijakan, prosedur-prosedurdan hubungan organisasi diatas landasan sistematis untuk pedoman pembuatan keputusan dan perencanaan pada berbagai macam tingkatan organisasi.
b)      Pengaturan bagi berbagai rangkaian informasi ke dan dari pusat-pusat perencanaan ini. (syafaruddin, 2005: 65).
Dalam pendekatan sistem, perencanaan sesungguhnya memiliki fungsi sebagai suatu rancangan sistem yang harus memberikan pertimbanagn pada tujaun yang menyeluruh dari organisasi, integrasi pekerjaan sub sistem kearah tujuan tersebut. Perencanaan sebuah organisasi dengan demikian memiliki tujuan-tujuan yang dijadikan sebagai petunjuk bagi perencanaan, antara lain:
a.       Landasan bagi perencanaa yang terpadu dan utuh
b.      Premis-premis dalam mana perrencanaan yang lebih khusus harus mengambil tempat
c.       Landassan utma bagi penyelenggaraan fungsi control
d.      Suatu landasan utama bagi perumusan yang tepat delegasi dan desentralisasi perencanaan khusus pada tingkatan operasioanal yang lebih rendah
e.       Suatu landasan bagi koordinasi kegiatan-kegiatan diantara berbagai macam unit kerja pekerjaan fungsional dalam organisasi.
3.      Mengorganisasikan
Aktivitas mengorganisasikan sesungguhnya merupakan karakter dasar dari sebuah organisasi, yang di dalamnya ada sebuah orang baik sebagai manajer, maupun sebagai anggota, ada struktur, tujuan-tujuan, aturan dan prosedur. Pengorganisasian menurut Winadi (1990) adalah suatu proses diamana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas-aktivitas mengkoordinasikan hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan tertentu. Pengorganisasian menurut Robbins (1984) adalah suatu hal yang berkaitan dengan penetapan tugas-rugas untuk dilakukan, siapa yang melakukannya, bagaimana tugas-tugas itu dikelompokan, siapa yang melaporkan kepada siapa dan dimana keputusan dibuat. Senada dengan Robbin terry (1973) mengungkapkan bahwa pengorganisasian adalah upaya membangun hubungan perilaku yang efektif diantara semua orang, karena mereka akan bekerjasama secara efisien dan mencapai kepuasan pribadi dalam melakukan pekerjaan dalam konteks pengaruh untuk mencapai tujuan.
Dari pengertian-pengertian pengorganisasian di atas dapat disimpulkan bahwa mengorganisasikan itu bertujuan agar pekerjaan yang akan dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.      Mengkomunikasikan
Kegiatan mengkomunikasikan dalam sebuah organisasi berarti menyampaikan berbagai informasi, ide gagasan, pemikiran, pertanyaan, penjelasan, kebutuhan dan lain-lain dari orang yang satu kepada orang yang lain atau dari pemimpin kepada bawahan. Komunikasi dengan demikian menurut Diding Nurdin  (2007) merupakan kunci sinergis antara pimpinan dan stafnya agar tujuan organisasi dapat diwujudkan secara besama-sama. Secara teoritik, terdapat tiga hal utama dalam melakukan komunikasi, antara lain:
a.       Tahap enconding
Tahap enconding yaitu tahap penyampaian gagasan/progaram yang akan dikomunikasikan dalam bentuk gambar atau kalimat
b.      Tahap penyampaian
Tahap penyampaian diamana pada tahap ini gaagasan yang telah diwujudkan daalm bentuk kalimat dan gambar disampaikan melalui lisan, tulisan maupun gabungan antara keduanya
c.       Tahap decoding
Tahap decoding yaitu tahap komunikasi untuk mencerna dan memahami kalimat dan gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimilki.
Ketiga tahap inilah yang menetukan tingkat efektifitas dan kualitas komunikasi dalam sebuah organisasi. Komunikasi yang efektif anatara pimpinan dengan anggota oragnisasi berpengaruh pada perubahan perilaku sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan bermanfaat bagi kemajuan orhganisasi.
5.      Mengkoordiansikan
mengkoordinasikan adalah serangkaian kegiatan untuk mempersatukan sumbangan dan saran dari para anggota organisasi, nahan dan sumber-sumber lain yang terdapat dalam organisasi itu ke arah pencapaian tujuan-tujuan yang telah disepakati bersama (Oteng Sutisna, 1996). Sementara itu menurut Anderson (1984: 21), koordinasi merupakan proses yang melibatkan pemindahan informasi antara pekerja dan orang untuk menghindarkan pekerjaan yang tumpang tindih, menjamin usaha dan sumber penghasilan serta keseimbangan keseluran organisasi. Kesinambungan koordinasi dalam sebuah organisasi merupakan hal yang urgen untuk menentukan kualitas hubungan antara orang-orang  dalam internal organisasi.
Menurut Sondang P. Siagian (1985), setidaknya ada empat fungsi koordinasi, antara lain:
a.    Pencegahan konflik dan kontradiksi
b.    Pencegahan persaingan yang tidak siap
c.    Pencegahan pemborosan
d.   Pencegahan kekosongan ruang dan waktu dan pencegahan terjadinya perbedaan pendekatan dari pelaksanaan.
Pentingnya koordinasi dalam sebuah organisasi sangat menetukan kualitas hubungan orang yang terlibat dalam organisasi. Efektif dan kualitas koordiansi ini dalam amatan Handayaningrat (1984: 93) berimplikisasi pada berbagai efek yang ditimbulkan, anatra lain:
a.       Koordiansi yang baik akan mempunyai afek adanya efesiensi terhadap organisasi itu
b.      Koordiansi mempunyai efek terhada moral orgaisasi tertutama yang berhubungan dengan peranan kepemimpinan yang baik
c.       Koordinasi mempunayai efek terhadap perkembangan personal dalam organisasi, berupaya munculnya konsentrasi pada bidang pekerjaan.
6.      Mengawasi
Aktivitas mengawasi dalam sebuah organisasi terkait dalam upaya pencapaian target dan output organisasi yang telah ditentukan. Pengawasan dalam hal ini berperan, tidak hanya untuk menjaga kesinambungan kinerja kelembagaan, tetapi juga berupaya mengevaluasi berbagai pelaksanaan sistem dan prosedur pelaksanaan tugas dan program.
Menurut Sondang P. Siagian (1985) pengawasan dilakukan untuk menjamin beberapa hal. Antara lain:
a.       Kebijakan strategi yang telah ditetapkan terselenggara sesuai dengan jiwa dan semangat kebijaksanaan dan strategi dimaksud
b.      Anggaran yang tersedia untuk menghidupi berbagai kegiatan organisasi benar-benar dipergunakan untuk melakukan kegiatan  tersebut secara efisien dan efektif
c.       Para anggota organisasi benar-benar berorientasi kepada berlangsungnya hidup dan kemajuan organisasi sebagai keseluruhan dan bukan kepada kepentingan individu yang sesungguhnya ditempatkan dibawah kepentingan individu yang sesungguhnya ditempatkan di bawah kepentingan organisasi
d.      Penyedian dan pemanfaatan sarana dan prasarana kinerja sedemikian rupa sehingga organisasi memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana prasarana tersebut
e.       Standar mutu hasil pekerjaan terpenuhi semaksimal mungkin
f.       Produksi kerja ditaati oleh semua pihak.
7.      Menilai
Penialaian merupakan fungsi dari prinsip manajemen untuk mengetahui apakah suatu progaram organisasi mencapai tujuan atau tidak. Proses penialain menurut Didin Nurdin (2007) harus didasarkan atas data dan fakta, karena penilaian yang benar didasarkan kepada data dan fakta akan memberikan sumbangan informasi bagi kemajuan organisasi. Sebaliknya penilaian yang tidak didasarkan  kepada data dan fakta yang valid dan reliabel akan menjerumuskan individu atau kelompok organisasi pada fase penurunan atau kehancuran.
Dasar manajemen pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-Qur’an, As-Sunnah serta perundang-undang yang berlaku di Indonesia.
1.      Al-Qur’an
Banyak Ayat-ayat Al-Qur’an yang bisa menjadi dasar tentang manajemen pendidikan Islam. Ayat-ayat tersebut bisa dipahami setelah diadakan penelaahan secara mendalam. Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar manajemen pendidikan Islam adalah dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 122:
* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam menegaskan tentang pentingnya  manajemen, di antaranya manajemen pendidikan, lebih khusus lagi manajemen sumber daya manusia.
2.      As-Sunnah
Rasulullah SAW adalah juru didik dan beliau juga menjunjung tinggi terhadap pendidikan dan memotivasi umatnya agar berkiprah dalam pendidikan dan pengajaran. Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka Allah akan mengekangnya dengan kekang berapi ( HR. Ibnu Majah). Berdasarkan pada hadits di atas, Rasulullah SAW memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan. Di samping itu, beliau juga punya perhatian terhadap manajemen, antara lain dalam sabda berikut:
3.      Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan dalam Pasal 30 ayat 1 bahwa: “Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundangundangan”.
Disebutkan pula dalam Pasal 30 ayat 2 bahwa “Pendidikan keagamaan berfungsi menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama”.

0 Responses

Posting Komentar