Konsep dan Manajemen Pendidikan Islam
A.
Pengertian Konsep
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsep adalah rancangan suatu ide atau pengertian yg
diabstrakkan dari peristiwa konkret, adapun secara umum konsep dapat dirumuskan
pengertiannya sebagai suatu resprentasi abstrak dan umum tentang sesuatu. Konsep
dapat dimengerti dari sisi subjek maupun dari sisi objek. Dari sisi subjek, suatu konsep adalah
kegiatan merumuskan dalam memikirkan atau mengolong-golongkan rancangan.
1. Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian
konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi
atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau
rangkaian kata.
2. Menurut Bahri (2008:30) pengertian konsep
adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama.
Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang
dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek
dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak
berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata
(lambang bahasa).
3. Menurut Singarimbun dan Effendi (2009)
pengertian konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep
merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang
dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud
kita memakainya.
B.
Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen
berasal dari bahasa Inggris: management dengan kata kerja to manage, diartikan
secara umum sebagai mengurusi. Selanjutnya definisi manajemen berkembang lebih
lengkap. Lauren A.Aply-seperti yang dikutif Tanthowi (1983) misalnya,
menrjemahkan manajemen sebagi “The art of getting done though people”.
Manajemen
sering diartikan sebagi ilmu, seni, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu pleh
Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang
secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama
untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasa sama ini lebih bermanfaat bagi
kemenusian.
Pada
sisi lain Mary Parker Follet (Stoner, 1986) menjelaskan bahwa manajemen dapat
juga dipandang sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain,
definisi ini mengandung arti bahwa seseorang manajer dalam mencapai tujuan
organisasi melibatkan orang lain untuk melaksanakan untuk berbagai tugas yang
telah diatur oleh manajer. Karena manajemen dipandang sebagai seni, maka
seorang manajer perlu mengetahui dan menguasai seni meminpin yang berkaitan
erat dengan gaya kepeminpinan yang tepat dan dapat diterapkan dalam berbagai
situasi dan kondisi.
Selain
manajemen diapandang sebagai ilmu dan seni, manajemen juga dapat diakatakan
sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai
prestasi manajer yang diikat dengan kode etik dituntut untuk bekerja secara
profesional. Seorang profesioanal menurut Robert L. Katz harus mempunyai,
kemampuan sosial (hubungan manusiawi). Dan tekhnikal. Kemampuan konsep adalah
kemampuan mempersepsi organisasi sebagi suatu sistem, memahami perubahan pada
setiap bagaian yang berpangaruh terhadap keseluruhan organisasi, kemampuan
mengkoordinasi semua kegiatan dan kepentingan organisasi. Kemampuan sosial atau
hubungan manusiawi diperlihatkan agar manajer mampu bekerja sama dan meminpin
kelompoknya dan memahami anggota sebagi individu dan kelompok, adapun kemampuan
tehnik berkaitan erat dengan kemampuan yang dimilki manajer dalam menggunakan
alat, prosedur dan tekhnik bidang khusus seperti halnya tekhnik dalam
perencanaan program anggaran, anggaran pendidikan dan sebagainya.
Selain
pandangan tersebut diatas, yang menjelaskan bahwa manajemen dipandang sebagai
ilmu, seni, dan profesi. Dalam hal ini juga dikemukakan tentang pengertian
manajemen dari beberapi ahli sebagai berikut:
1.
A.
Sayyid Mahmud Al-Hawary dalam bukunya “Al-Idaroh Al-Ushul Wal Ushushil
Ilmiyah” sebagai berikut:
“Manajemen
adalah: mengetahui kemana yang dituju , kesukaran apa yang ahrus dihindari,
kekuatan apa yang ahrus dijalankan dan bagaimana mengemudikan kapal anda serta
anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam proses
mengerjakannya.”
2.
Stonner
berpendapat manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar dapat mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan.
3.
Sondang
Palan Siagian, manajemen adalah kesulurahan proses kerjasama antara dua orang
atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan
yang ditentukan sebelumnya.
Dari
pengertian manajemen menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah kegiatan seseorang dalam mengatur organisasi, lembaga atau sekolah dan
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dalam
pengertian ini ada beberapa unsur yang dapat diberikan penjelasan sebagai
berikut:
1.
Adanya
proses, hal ini menunjukan bahwa dalam manajemen adanya suatu tahapan-tahapan
yang ahrus dilaksanakan oleh seorang manajer.
2.
Adanya
menata, ini berkiatan erat dengan makna manajemen secara etimologis yaitu to
manage yang berarti mengelola, mengatur atau menata.
3.
Adanya
upaya atau menggerakan, setelah diatur dan ditata dengan baik perlu
dilaksanakan secara profesioanal. Dalam hal ini seorang manajer harus selalu
memberikan bantuan, dukungan, dan dorongan agar para staf dan bawahannya bisa
bisa bekerja secara profesional.
4.
Adanya
sumber-sumber potensial yang harus dilibatkan baik yang bersifat manusia maupun
non manusia. Dalam melibatkan sumber daya manusia perlu memperhatikan kehlian
dan profesioanalitas, sedangkan sumber daya yang blain juga perlu diperhatikan
mutu dan kualitasnya.
5.
Adanya
tujuan yang harus dicapai, tujuan yang ada harus disepakati oleh keseluruhan
anggota organisasi. Hal ini agar semua sumber daya manusia mempunyai tujuan
yang sama dan selalu berusaha untuk mensukseskannya. Dengan demikian tujuan
yang didapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas dalam
organisasi.
6.
Tujuan
harus dicapai secara efektif dan efisien. Hal ini dimaksudkan agar agar para
staf organisasi berusaah semaksiamal mungkin untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan disepakati dalam organisasi.
Manajemen
pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda sehingga
banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering digunakan adalah
‘administrasi’. Sebenarnya pengertian kedua istilah tersebut tidak sama persis.
Istilah administrasi lebih menunjuk pada pekerjaan tulis menulis, sedangkan
istilah manajemen lebih cenderung pada satu pekerjaan yang dilakukan pimpinan,
jadi lebih menunjuk pada kegiatan sebuah organisasi.
Manajemen
pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi
pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidiakn yang telah ditetapkan sebelumnya,
agar efektif dan efisien.
Berdasarkan kedua rumusan di atas manajemen pendidikan islam dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Manajemen
pendidikan islam adalah suatu proses penataan/pengelolaan lembaga pendidikan
islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan non manusia dalam
menggerakannya untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan
efisien.
Manajemen
yang tidak efektif, yaitu manjemen yang tidak efektik memenuhi tujuan karena
adanya mis-manajemen. Manajemen yang “efektif tetapi tidak efisien”,
yaitu manajemen yang berhasil mencapai tujuannya tetapi melalui penghamburan
atau pemborosan (tenaga, waktu dan biayaya).
Sedangkan manajemen yang “efisien “ adalah manajemen yang berhasil
mencaapi sasrannya dengan sempurna, cepat, tepat dan selamat.
Suatu
pekerjaan dikatakan efektif ialah kalau pekerjaan itu memberi hasil yang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan semula, dengan kata lain kalau pekerjaan itu
sudah mampu merelisasikan tujuan lembaga penddiikan islam dalam aspek yang
dikerjakan dalam hal ini yang melaksunakan pekerjaan itu adalah manjer.
Fungsi-fungsi manajemen
1.
Membuat
keputusan
Pembuatan
keputusan dalam suatu organisasi dapat diartikan usaha
penciptaankejadian-kejadian dan pembentukan masa depan. Setiap keputusan yang
diambil sesungguhnya mengandung implikasi-implikasi, baik positif maupun
negatif. Tak heran, jika keputusan itu sendiri diartiakan sebagai proses
memilih tindakan tertentu antara sejumlah tindakan alternatif (Sutisna,
1985:149). Dalam hubungannya dengan organisasi, sebuah keputus organisasi
memiliki siafat yang mengiakt dan pengaruh yang kuat dalam proses
implementasinya terhadap organisasi yang bersangkutan secara kelembagaan.
Selain karena mencerminkan kebijakan kolektif organisasi, sebauh keputusan
diambil berdasarkan musyawarah organisasi baik berkenaan dengan penyelesaian
berbagai problematika maupun memunculkan alternatif-alternatif solusi. Demikian
pentingnya keputusan tersebut, secara teoritis terdapat lima prosedur yang
harus ditempuh dalam menyusun keputusan , antara lain:
a)
Menentukan
masalah
b)
Menganalisa
situasi yang ada
c)
Mengembangkan
alternatif-alternatif yang ada
d)
Menganalisa
alternatif-alternatif yang ada
e)
Menganalisa
alternatif kemungkinan
f)
Memilih
alternatif yang paling mungkin
Berbeda
dengan lima prosedur diatas, Dromond mengungkapakan lima langkah penting dalam
pengambilan keputusan. Kelima langkah tersebut antara lain:
a)
Mendentifikasi
suatu masalah
b)
Memperjelas
dan menyusun prioritas sasaran
c)
Menciptakan
pilihan
d)
Menilai
pilihan-pilihan
e)
Memeperbandingkan
akibat-akibat yang diramalkan pada masing-masing pilihan dengan sasaran
f)
Memilih
pilihan dengan konsekuensi dan sasaran
Prosedur-prosedur dan langkah-langkah pengambilan keputusan
meskipun berbedasatu sama lain, namun memiliki muara yang sama, yaitu
pengambilan keputusan tersebut diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
oleh organisasi. Secara sederhana, keputusan yang diambil tersebut setidaknya
merupakan keputusan yang lebih baik dari alternatif-alternatif yang ada. Seorang
manajer dalam hal ini dituntut memiki sifat berani dalam mengambil keputusan
yang didasarkan atas berbagai keputusan, setidaknya memiki dua fungsi pokok,
yaitu:
a)
Sebagai
pangkal tolak semua kegiatan manusia yang sadar dan terarah, baik kegiatan
individual maupun komunal dan organisional.
b)
Menentukan
masa depan sebab keputusan bersifat futuristik, maka efeknya akan terlihat pada
masa akan datang meskipun penuh ketidakapastian maka keputusan harus dibuat
dalam totalitas perencanaan.
2.
Merencanakan
Perencanaan
merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai besercta cara-cara
untuk mencapi tujuan tersebut. “perencanaan (planning) adalah pemilihan
atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebiajakan, proyek,
program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Dalam proses merencanakan ini mengandung beberapa dimensi yang
perlu diperhatikan, yaitu:
a)
Pra
rencana yang berisi pengumpulan dan pengolahan data, diagnosis dan prognosis
keadaan, perumusan kebijakan, estimasi kebutuhan, menganggarkan kebutuhan,
menganggarkan kebutuhan, dan memilih sasaran
b)
Merumuskan
rencana; perincian rencana
c)
Implementasi
rencana
d)
Revisi
perencanaan kembali
Untuk
memudahkan dalam menyusun perencanaan organisasi, sedikitnya ada lima
pertanyaan yang mesti dijawab. Kelima pertanyaan ini merupakan panduan yang
dapat membimbing manajer atu peserta pengambilan keputusan, antara lain:
a)
Apa
yang akan dikerjakan dalam satu kurun waktu tertentu?
b)
Siapa
yang bertanggung jawab untuk melakukan dan kepada siapa bertanggungjawab?
c)
Prosedur,
mekanisme dan metode kerja yang bagaimana yang akan diberlakukan untuk
pelaksanakan kegiatan tersebut agar terintegrasi dengan baik?
d)
Adakah
penjadwalan kegiatan yang jelas dan harus ditaati?
e)
Apa
alasan yang benar-benar data dipertanggungjawabkan tentang mengapa berbagai
kegiatan harus dilaksanakan?
Setelah
menjawab kelima pertanyaan tersebut sistem perencanaan organisasi memerlukan
suatu integritasi dari berbagai macam sub pembuatan keputuasan dan pada
akhirnya perenacanaan tersebut mencakup:
a)
Penetapan
tujuan, sasaran, kebijakan, prosedur-prosedurdan hubungan organisasi diatas
landasan sistematis untuk pedoman pembuatan keputusan dan perencanaan pada
berbagai macam tingkatan organisasi.
b)
Pengaturan
bagi berbagai rangkaian informasi ke dan dari pusat-pusat perencanaan ini.
(syafaruddin, 2005: 65).
Dalam
pendekatan sistem, perencanaan sesungguhnya memiliki fungsi sebagai suatu
rancangan sistem yang harus memberikan pertimbanagn pada tujaun yang menyeluruh
dari organisasi, integrasi pekerjaan sub sistem kearah tujuan tersebut.
Perencanaan sebuah organisasi dengan demikian memiliki tujuan-tujuan yang
dijadikan sebagai petunjuk bagi perencanaan, antara lain:
a.
Landasan
bagi perencanaa yang terpadu dan utuh
b.
Premis-premis
dalam mana perrencanaan yang lebih khusus harus mengambil tempat
c.
Landassan
utma bagi penyelenggaraan fungsi control
d.
Suatu
landasan utama bagi perumusan yang tepat delegasi dan desentralisasi
perencanaan khusus pada tingkatan operasioanal yang lebih rendah
e.
Suatu
landasan bagi koordinasi kegiatan-kegiatan diantara berbagai macam unit kerja
pekerjaan fungsional dalam organisasi.
3.
Mengorganisasikan
Aktivitas mengorganisasikan sesungguhnya merupakan karakter dasar
dari sebuah organisasi, yang di dalamnya ada sebuah orang baik sebagai manajer,
maupun sebagai anggota, ada struktur, tujuan-tujuan, aturan dan prosedur.
Pengorganisasian menurut Winadi (1990) adalah suatu proses diamana pekerjaan
yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat ditangani dan
aktivitas-aktivitas mengkoordinasikan hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengorganisasian menurut Robbins (1984) adalah suatu hal yang
berkaitan dengan penetapan tugas-rugas untuk dilakukan, siapa yang
melakukannya, bagaimana tugas-tugas itu dikelompokan, siapa yang melaporkan
kepada siapa dan dimana keputusan dibuat. Senada dengan Robbin terry (1973)
mengungkapkan bahwa pengorganisasian adalah upaya membangun hubungan perilaku
yang efektif diantara semua orang, karena mereka akan bekerjasama secara
efisien dan mencapai kepuasan pribadi dalam melakukan pekerjaan dalam konteks
pengaruh untuk mencapai tujuan.
Dari pengertian-pengertian pengorganisasian di atas dapat
disimpulkan bahwa mengorganisasikan itu bertujuan agar pekerjaan yang akan
dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.
Mengkomunikasikan
Kegiatan
mengkomunikasikan dalam sebuah organisasi berarti menyampaikan berbagai
informasi, ide gagasan, pemikiran, pertanyaan, penjelasan, kebutuhan dan
lain-lain dari orang yang satu kepada orang yang lain atau dari pemimpin kepada
bawahan. Komunikasi dengan demikian menurut Diding Nurdin (2007) merupakan kunci sinergis antara
pimpinan dan stafnya agar tujuan organisasi dapat diwujudkan secara
besama-sama. Secara teoritik, terdapat tiga hal utama dalam melakukan
komunikasi, antara lain:
a.
Tahap
enconding
Tahap enconding yaitu tahap penyampaian gagasan/progaram yang akan
dikomunikasikan dalam bentuk gambar atau kalimat
b.
Tahap
penyampaian
Tahap penyampaian diamana pada tahap ini gaagasan yang telah
diwujudkan daalm bentuk kalimat dan gambar disampaikan melalui lisan, tulisan
maupun gabungan antara keduanya
c.
Tahap
decoding
Tahap decoding yaitu tahap komunikasi untuk mencerna dan memahami
kalimat dan gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimilki.
Ketiga
tahap inilah yang menetukan tingkat efektifitas dan kualitas komunikasi dalam
sebuah organisasi. Komunikasi yang efektif anatara pimpinan dengan anggota
oragnisasi berpengaruh pada perubahan perilaku sesuai dengan tujuan yang
diharapkan dan bermanfaat bagi kemajuan orhganisasi.
5.
Mengkoordiansikan
mengkoordinasikan
adalah serangkaian kegiatan untuk mempersatukan sumbangan dan saran dari para
anggota organisasi, nahan dan sumber-sumber lain yang terdapat dalam organisasi
itu ke arah pencapaian tujuan-tujuan yang telah disepakati bersama (Oteng
Sutisna, 1996). Sementara itu menurut Anderson (1984: 21), koordinasi merupakan
proses yang melibatkan pemindahan informasi antara pekerja dan orang untuk
menghindarkan pekerjaan yang tumpang tindih, menjamin usaha dan sumber
penghasilan serta keseimbangan keseluran organisasi. Kesinambungan koordinasi
dalam sebuah organisasi merupakan hal yang urgen untuk menentukan kualitas
hubungan antara orang-orang dalam
internal organisasi.
Menurut
Sondang P. Siagian (1985), setidaknya ada empat fungsi koordinasi, antara lain:
a.
Pencegahan
konflik dan kontradiksi
b.
Pencegahan
persaingan yang tidak siap
c.
Pencegahan
pemborosan
d.
Pencegahan
kekosongan ruang dan waktu dan pencegahan terjadinya perbedaan pendekatan dari
pelaksanaan.
Pentingnya
koordinasi dalam sebuah organisasi sangat menetukan kualitas hubungan orang
yang terlibat dalam organisasi. Efektif dan kualitas koordiansi ini dalam
amatan Handayaningrat (1984: 93) berimplikisasi pada berbagai efek yang
ditimbulkan, anatra lain:
a.
Koordiansi
yang baik akan mempunyai afek adanya efesiensi terhadap organisasi itu
b.
Koordiansi
mempunyai efek terhada moral orgaisasi tertutama yang berhubungan dengan
peranan kepemimpinan yang baik
c.
Koordinasi
mempunayai efek terhadap perkembangan personal dalam organisasi, berupaya
munculnya konsentrasi pada bidang pekerjaan.
6.
Mengawasi
Aktivitas
mengawasi dalam sebuah organisasi terkait dalam upaya pencapaian target dan
output organisasi yang telah ditentukan. Pengawasan dalam hal ini berperan,
tidak hanya untuk menjaga kesinambungan kinerja kelembagaan, tetapi juga
berupaya mengevaluasi berbagai pelaksanaan sistem dan prosedur pelaksanaan
tugas dan program.
Menurut
Sondang P. Siagian (1985) pengawasan dilakukan untuk menjamin beberapa hal.
Antara lain:
a.
Kebijakan
strategi yang telah ditetapkan terselenggara sesuai dengan jiwa dan semangat
kebijaksanaan dan strategi dimaksud
b.
Anggaran
yang tersedia untuk menghidupi berbagai kegiatan organisasi benar-benar
dipergunakan untuk melakukan kegiatan
tersebut secara efisien dan efektif
c.
Para
anggota organisasi benar-benar berorientasi kepada berlangsungnya hidup dan
kemajuan organisasi sebagai keseluruhan dan bukan kepada kepentingan individu
yang sesungguhnya ditempatkan dibawah kepentingan individu yang sesungguhnya
ditempatkan di bawah kepentingan organisasi
d.
Penyedian
dan pemanfaatan sarana dan prasarana kinerja sedemikian rupa sehingga
organisasi memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana prasarana
tersebut
e.
Standar
mutu hasil pekerjaan terpenuhi semaksimal mungkin
f.
Produksi
kerja ditaati oleh semua pihak.
7.
Menilai
Penialaian
merupakan fungsi dari prinsip manajemen untuk mengetahui apakah suatu progaram
organisasi mencapai tujuan atau tidak. Proses penialain menurut Didin Nurdin
(2007) harus didasarkan atas data dan fakta, karena penilaian yang benar
didasarkan kepada data dan fakta akan memberikan sumbangan informasi bagi
kemajuan organisasi. Sebaliknya penilaian yang tidak didasarkan kepada data dan fakta yang valid dan reliabel
akan menjerumuskan individu atau kelompok organisasi pada fase penurunan atau
kehancuran.
Dasar manajemen pendidikan Islam secara garis besar
ada 3 (tiga) yaitu: Al-Qur’an, As-Sunnah serta perundang-undang yang berlaku di
Indonesia.
1. Al-Qur’an
Banyak Ayat-ayat Al-Qur’an yang bisa menjadi dasar
tentang manajemen pendidikan Islam. Ayat-ayat tersebut bisa dipahami setelah
diadakan penelaahan secara mendalam. Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat
dijadikan dasar manajemen pendidikan Islam adalah dalam Al-Qur’an Surat
At-Taubah ayat 122:
* $tBur c%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuÏ9 Zp©ù!$2 4 wöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuÏj9 Îû Ç`Ïe$!$# (#râÉYãÏ9ur óOßgtBöqs% #sÎ) (#þqãèy_u öNÍkös9Î) óOßg¯=yès9 crâxøts ÇÊËËÈ
“Tidak sepatutnya bagi mukminin
itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam
menegaskan tentang pentingnya manajemen, di antaranya manajemen
pendidikan, lebih khusus lagi manajemen sumber daya manusia.
2. As-Sunnah
Rasulullah
SAW adalah juru didik dan beliau juga menjunjung tinggi terhadap pendidikan dan
memotivasi umatnya agar berkiprah dalam pendidikan dan pengajaran. Rasulullah
SAW bersabda:
Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka Allah akan mengekangnya
dengan kekang berapi ( HR. Ibnu Majah). Berdasarkan pada hadits di atas, Rasulullah SAW
memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan. Di samping itu, beliau juga
punya perhatian terhadap manajemen, antara lain dalam sabda berikut:
3. Perundang-undangan yang Berlaku di
Indonesia
Dalam UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan dalam Pasal 30 ayat
1 bahwa: “Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau
kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan
perundangundangan”.
Disebutkan
pula dalam Pasal 30 ayat 2 bahwa “Pendidikan keagamaan berfungsi menyiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan
nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama”.
Posting Komentar