Siti Rohimah


KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Gofur yang tidak pernah kufur. Atas lindungan dan kasih sayang-Nya yang telah menghendaki terselesaikannya tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat berbingkai salam tak lupa juga penulis hanturkan kepada junjungan Nabi umat islam Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni Islam Rahmatan Lil ‘alamin.

Makalah dengan topik pembahasan “Input, proses, output, outcome” ini disusun dengan ringkas, dengan harapan agar pembaca dapat memahami dan mengambil manfaat dari makalah ini. Terselesaikannya pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari bimbingan Ibu H. Nurjanah,. M. Ag., M,. Sy M. Si. Sebagai dosen Psikologi Belajar.
Oleh karena itu tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna perbaikan isi dari pembahasan topik ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.


Ciamis, 02 Oktober2014

Penulis


DAFTAR ISI

Contents


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bagaimana pun kegiatan pembelajaran, sebenarnya ada empat hal utama hendak diberdayakan yaitu input, proses dan output atau outcome. Kadang, susah membedakan arti kata output dengan outcome. Sehingga pemakaian kedua kata ini sering salah.
Input adalah semua potensi yang ‘dimasukkan’ ke sekolah sebagai modal awal kegiatan pendidikan sekolah. Berkaitan dengan siswa, input adalah ‘siswa baru’ yang diterima dan siap dididik/diberdayakan. Input kelas VII SMP adalah lulusan SD yang diterima. Input Kelas VIII adalah siswa kelas VII yang naik kelas, dan seterunya.
Proses adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang dirancang secara sadar dalam usaha meningkatkan kompetensi input demi menghasilkan output dan outcome bermutu. Contoh wujud proses pendidikan formal: pembelajaran, pembinaan mental, pengembangan diri (oleh pihak sekolah), pelatihan, penugasan, dan sebagainya.
Output adalah hasil langsung dan segera dari pendidikan (Lauren Kaluge,2000) atau jumlah atau units pelayanan yang diberikan atau jumlah orang-orang yang telah dilayani (Margaret C, Martha Taylor dan Michael Hendricks,2002); atau hasil dari aktifitas, kegiatan atau pelayanan dari sebuah program, yang diukur dengan menggunakan takaran volume/banyaknya (NEA, 2000).
Outcome adalah efek jangka panjang dari proses pendidikan misalnya penerimaan di pendidikan lebih lanjut, prestasi dan pelatihan berikutnya, kesempatan kerja, penghasilan serta prestise lebih lanjut (Lauren Kaluge,2000) atau respon partisipan terhadap pelayanan yang diberikan dalam suatu program (Margaret C, Martha Taylor dan Michael Hendricks,2002); atau dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah kegiatan atau pelayanan suatu program (NEA, 2000).

A.    Rumusan Masalah

1.      Bagaimana teori input, proses, output, outcam
2.      Bagaimana fakta input, proses, output, outcam
3.      Bagaimana kebijakan input, proses, output, outcam
4.      Bagaimana pandangan filsafat tentang input, proses, output, outcam
5.      Bagaimana solusi dari input, proses, output, outcam

B.     Tujuan Pembahasan

1.      Untuk mnjelaskan teori input, proses, output, outcam
2.      Untuk menjelaskan kebijakan input, proses, output, outcam
3.      Untuk menjelaskan pandangan filsafat tentang input, prose, output, outcam
4.      Untuk mejelaskan solusi dari input, proses, output, outcam

                           



BAB II
 PEMBHASAN

A.    Teori Input, proses, output, outcome

1.      Teori input
Input adalah semua potensi yang ‘dimasukkan’ ke sekolah sebagai modal awal kegiatan pendidikan sekolah. Berkaitan dengan siswa, input adalah ‘siswa baru’ yang diterima dan siap dididik/diberdayakan. Input adalah bahan mentah yang dimasukan kedalam tranformasi. Dalam dunia sekolah disebut dengan bahan mentah adalah siswa baru yang akan masuk sekolah.[1]
peserta didik merupakan bagian dalam sistem pendidikan Islam, peserta didik adalah
objek atau bahan mentah dalam proses transformasi pendidikan. Tanpa adanya
peserta didik, keberadaan sistem pendidikan tidak akan berjalan. Karena kedua
faktor antara pendidik dan peserta didik merupakan komponen paling utama dalam suatu
sistem pendidikan.[2]
Abdul Mujib (2006:103) mengatakan dengan berpijak pada paradigma “belajar” sepanjang masa , maka istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik. Peserta didik cakupannnya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang-prang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya disekolah (pendidikan formal), tetapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.
Lebih lanjut Abdul Mujib mengatakan peserta didik cakupannya sangat luas, tidak
hanya melibatkan anak-anak tetapi mencakup orang dewasa. Sementara istilah anak didik
hanya mengkhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik
mengisyaratkan tidak hanya dalam pendidikan formal seperti sekolah, madrasah dan
sebagainya tetapi penyebutan peserta didik dapat mencakup pendidikan non formal seperti
pendidikan di masyarakat, majlis taklim atau lembaga-lembaga kemasyarakatan lainya.
Syamsul Nizar sebagaimana dikutip oleh Ramayulis mendeskripsikan enam
kriteria peserta didik adalah sebagai berikut:
1.      Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Peserta didik memiliki metode belajar mengajar tersendiri, ia tidak boleh dieksploitasi oleh orang dewasa dengan memaksakan anak didik untuk mengikuti metode belajar mengajar orang dewasa, sehingga peserta didik kehilangan dunianya;
2.      Peserta didik memiliki masa atau priodisasi perkembangan dan pertumbuhannya. Menurut Abraham Maslow, terdapat lima hierarki kebutuhan yang dikelompokan menjadi dua kategori. Pertama, kebutuhan taraf dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman, dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial) dan harga diri. Kedua, metakebutuhan (meta needs) meliputi aktualisasi diri seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan dan lain sebagainya;
3.      Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lain baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor endogen (fitrah) seperti jasmani, inteligensi, sosial, bakat dan minat sedangkan faktor eksogen (lingkungan) dipengaruhi oleh pergaulan dan pengajaran yang di dapatkan di lingkungan ia berada;
4.      Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu
5.      Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa);
6.      Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis (fleksibel).[3]
2.      Teori Proses
Proses adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang dirancang secara sadar dalam usaha meningkatkan kompetensi input demi menghasilkan output dan outcome bermutu
Proses belajar mengajar secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan interaksi dan saling memengaruhi antara pendidik dan peserta didik, dengan fungsi utama pendidik memberikan materi pelajaran atau sesuatu yang mempengaruhi peserta didik, sedangkan pesesrta didik menerima pelajaran, pengaruh atau sesuatu yang diberikan oleh pendidik.
Dalam pengertian yang lebih luas da sistematik, proses belajar mengajar adalah kegiatan yang melibatkan sejumlah komponen yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. Komponen tersebut antara lain meliputi visi dan tujuan yang ingin dicapai, guru yang profesional dan siap mengajar, murid yang menerima pelajaran, pendekatan yang digunakan, strategi yang akan diterapkan, metode yang kan dipilih, tekhnik dan taktik yang akan digunakan. pula dalam kegiatan belajar mengajar dapat diumpamakan, bahwa bakat, minat, kecerdasan, dan berbagai kemampuan peserta didik merupakan potensi yang akan baru berharga dan sebagai manusia apabila berbagai potensi tersebut diolah, diproses, dibina, dibentuk, dan dikembangkan menjadi sesuatu yang bernilai dan berguna bagi manusia. Proses mengubah berbagai  hal yang dimilki manusia yang masih berupa potensi menjadi sesuatu yang tampak jelas nilai guna dan manfaatanya dan selanjutnya menjadi sesuatu yang aktual itulah sesungguhnya hakikat proses belajar mengajar.
Dengan demikian, ukuran keberhasilan sebuah proses belajar mengajar itu dapat dilihat pada sejauh mana proses tersebut mampu menumbuhkan, membina, membentuk, dan memberdayakan segenap potensi yang dimiliki manusia, atau pada sejauhmana ia memberikan perubahan secara signifikan pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Sebagai contoh, bagaimana ia mampu membuat anak yang tidak mampu membaca al-Qur’an menjadi mampu membacanya; dari semula tidak memahami sebuah teori menjadi memahiminya dengan benar; dari semula tidak dapat mengoperasikan atau mengunakan sebuah peralatan tekhnologi, menjadi mampu menggunakannya secara mahir. Proses belajar mengajar secara singkat ialah proses memanusiakan manusia, yakni megaktualisasikan berbagai potensi manusia, sehingga potensi-potensi tersebut dapat menolong dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negaranya. Sebuah proses belajar mengajar dapat dikatakan gagal, jika antara sebelum dan sesudah mengikuti sebuah kegiatan belajar mengajar, namun tidak ada perubahan apa-apa pada diri siswa atau mahasiswa. Jika sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar ia belum dapat membaca al-Qur’an atau kitab kuning, dan sudah mengikuti kegiatan belajar juga masih belum dapat membaca kitab-kitab tersebut, maka dapat dikatakan, bahwa kegiatan belajar mengajar tersebut dapat dikatakan belum berhasil.
            Selanjutnya di kalangan para ahli masih terdapat perbedaan antara yang mengutamakan input, proses, dan output. Kelompok yang mengutamakan input berpendapat, bahwa dalam pendidikan yang terpenting dan sangat mempengaruhinya adalah kompetensi atau kemampuan dasar peserta pendidik. Seorang peserta ddik yang kompetensinya sudah unggul dengan sendirinya dapat menjadi lulusan yang unggul. Pendapat ini ada benarnya untuk calon mahasiswa, yakni input tamatan sekolah umum. Adapun kasus untuk calon murid taman kanak-kanak atau sekolah dasar yang masih kosong belum memiliki kemampuan apa-apa, maka teori tersebut tidak dapat digunakan. Pada kasus murid taman kank-kanak yang masih dalam pembentukan ini, amat mengandalkan pada proses, yaitu proses belajar mengajarlah yang harus mampu menggali, membina dan mengembangkan berbagai potensi peserta didik itu agar menjadi aktual.
            Selanjutnya kelompok yang mengutakan proses (thruput) berpendapat, bahwa jika input peserta didik itu sudah baik, dan hasilnya menjadi baik adalah bukan sesuatu yang mengejutkan atau membanggakan. Hal terebut merupakan hal biasa. Sesuatu dapat mengejutkan tau membanggakan  jika input peserta dididknya kurang baik, atau bahkan rendah mutunya, namun setelah mengikuti proses belajar mengajar menjadi baik dan unggul kompetensinya, maka itulah yang dikatakan proses belajar mengajar menjadi baik dan unggul kompetensinya, dan itulah yang dikatakan proses belajar yang baik. Dengan demikian, bahwa yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar bukanlah semata-mata terletak pada inputnya, namun yang lebih penting lagi atau proses atau thrupt-nya. Pendapat lebih lanjut mengatakan, sungguhpun inputnya kuarang baik, namun jika prosesnya berjalan baik dan efektif, maka hasil (output)-nya akan baik pula.pemikiran yang berbasis pada proses belajar mengajar inilah yang selanjutnya menginpirasi dibukanya sekolah efektif di SMU Muthari pimpinan Jalaludin Rahmat di Bandung. Di sekolahan ini, permasalahan input tidak menjadi pertimbangan utama. Input yang kemampuannya rendah tetap diterima, dan setelah mengalami dan mengikuti proses belajar mengajar yang intensif dan efektif, maka mereka dapat menjadi lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
            Konsep belajar mengajar yang berbasis pada proses ini juga terdapat dalam konsep belajar tuntas atau mastery lerning yang digagas oleh Benyamin S. Bloom. Menurutnya, bahwa pada dasarnya semua orang dapat menguasai bahan   pelajaran sampai tuntas, namun untuk menguasai bahan pelajaran tersebut setiap orang harus diperlakukan secara berbeda-beda sesuai dengan tingkat kecerdasanya. Bagi siswa yang kecerdasanya tinggi agar dilakukan berbeda dengan siswa yang kecerdasanya sedang-sedang saja, atau rendah. Dengan memperlakukan cara dan lamanya waktu yang dibutuhkan secara berbeda-beda, akhirnya seseorang akan mencapai pada tujuannya masing-masing. Dan menguasai bahan pelajaran secar tuntas.[4]
3.      Teori output
Output merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai Ujian Semester, Ujian Nasional, karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-akademik, seperti kejujuran, kesopanan, olah raga, kesenian, keterampilan, dan kegiatan ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Output Pendidikan sebagai sistem seharusnya menghasilkan output yang dapat dijamin kepastiannya. Output sekolah pada umumnya adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerja, dan moral kerjanya. Oleh karena demikian dapat disimpulkan bahwa output sekolah yang diharapkan adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah.
Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic, achivement) dan ouput berupa prestasi non-akademik (non-academic achivement). Output prestasi akademi misanya, NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba mata pelajaran, cara-cara berfikir (kritis, kreatif/divergen, nalar, rasional, induktif, dedukatif, dan ilmiah). Output non-akademik, misalnya keingin tahuan yang tinggi, harga diri kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedipsiplinan, kerajinan prestasi oleh raga, kesenian, dan kepramukaan.
Output adalah hasil langsung dan segera dari yang diukur dengan menggunakan takaran volume/banyaknya yaitu hasil keluaran dari proses yang terjadi dalam sistem pendidikan. Output pada sistem pendidikan adalah:
a. Lulusan Pendidikan
b. Putus Sekolah
Keberhasilan tujuan pendidikan (output), sangat ditentukan oleh implementasinya (proses), dan implementasinya sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan segala hal (input) yang diperlukan untuk berlangsungnya implementasi. Keyakinan ini berangkat dari kenyataan bahwa kehidupan diciptakan oleh-Nya serba sistem (utuh dan benar) dengan catatan utuh dan benar menurut hukum-hukum ketetapan-Nya. Jika demikianhalnya, tidak boleh berpikir dan bertindak secara parsial apalagi parosial dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran. Sebaliknya, perlu berpikir dan bertindak secara holistik, integratif, terpadu dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.
4.      Teori outcome
Outcome adalah hasil jangka panjang, maksudnya adalah dampak jangka panjang terhadap individu, sosial, sikap, kinerja, semangat, sistem, penghasilan, pengembangan karir, kesempatan pendidikan, kerja, pengembangan dari lulusan untuk berkembang, dan mutu pada umumnya. Manajemen sekolah berada pada seluruh komponen sekolah sebagai sistem, yaitu pada konteks, input, proses, output, outcome, dan dampak karena manajemen berurusan dengan sistem, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian hingga sampai pengontrolan/ pengevaluasian. Kepemimpinan berada pada komponen manusia, baik pendidik dan tenaga kependidikan, maupun pada peserta didik, karena kepemimpinan berurusan dengan banyak orang.
Outcome lebih mencakup kepada berbagai hasil (results) yang harus tercapai dalam jangka pendek dan menengah serta dampak (impact) jangka panjang. Outcomes  jangka pendek adalah pembelajaran (learning) meliputi:
1.      Awareness (kesadaran)
2.      Knowledge (pengetahuan)
3.      Attitudes (sikap)
4.       Skill (keterampilan), dst
Otcomes jangka menengah adalah aksi (action) meliputi:
1.      Behavior (Perilaku)                                                                            
2.      Practice (Profesi/praktek)                                                                               
3.       Decision Making (Pengambil kebijakan), dsb
Otcomes jangka panjang kondisi yang diharapkan (conditions) meliputi:                
1.      Kondisi ekonomi                                                                                
2.      Kondisi social                                                                                                            
3.      Kondisi sipil                                                                                                   
4.      Keadaan lingkungan

B.     Fakta input, proses, output, outcome

1.      Fakta input
Dalam pendidikan, peserta didik merupakan titik fokus yang strategis karena kepadanyalah bahan ajar melalui sebuah proses pengajaran diberikan. Sebagai seorang manusia menjadi sebuah aksioma bahwa peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, mereka unik dengan seluruh potensi dan kapasitas yang ada pada diri mereka dan keunikan ini tidak dapat diseragamkan dengan satu aturan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain, para pendidik dan lembaga sekolah harus menghargai perbedaan yang ada pada diri mereka. Keunikan yang terjadi pada peserta didik memang menimbulkan satu permasalahan tersendiri yang harus diketahui dan dipecahkan sehingga pengelolaan murid (peserta didik) dalam satu kerangka kerja yang terpadu mutlak diperhatikan, terutama pertimbangan pada pengembangan kreativitas, hal ini harus menjadi titik perhatian karena sistem pendidikan memang masih diakui lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberikan perhatian kepada pengembangan kreatif peserta didik. Hal ini terjadi dari konsep kreativitas yang masih kurang dipahami secara holistic, juga filsafat pendidikan yang sejak zaman penjajahan bermazhabkan azas tunggal seragam dan berorientasi pada kepentingan-kepentingan, sehingga pada akhirnya berdampak pada cara mengasuh, mendidik dan mengelola pembelajaran peserta didik. Kebutuhan akan kreativitas tampak dan dirasakan pada semua kegiatan manusia. Perkembangan akhir dari kreativitas akan terkait dengan empat aspek, yaitu: aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Kreativitas akan muncul dari interaksi yang unik dengan lingkungannya.
2.      Fakta Proses
Melihat fakta sekarang dalam dunia pendidikan tentang masalah proses belajar mengajar banyak guru yang belum mempunyai kesiapan untuk mengajar dan kurangnya sarana prasarana yang ada disekolah tersebut, sehingga murid tidak dapat menerima pelajaran dengan baik sehingga potensi yang dimiki oleh anak sulit untuk dikembangkan karena anak sudah merasa  tidak nyaman dalam pembelajaran.
Dalam hal ini guru adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.  Pendidik tidak hanya bertanggung jawab dalam memberikan materi pengajaran tetapi membentuk kepribadian peserta didik. Hal itu masih sangat jarang karena kebanyakan pendidik masih tak acuh kepada peserta didik dan hanya beranggapan “bahwa yang penting sudah mengajar
3.      Fakta output.
Output adalah hasil langsung dan segera dari yang diukur dengan menggunakan takaran volume/banyaknya yaitu hasil keluaran dari proses yang terjadi dalam sistem pendidikan.
Dalam hal ini, dalam kenyataan yang kita lihat output (siswa dari hasil proses belajar mengajar) banyak lulusan pendidikan sekolah yang krisis kejujuran,  krisis akhlak/moral (sering tawuran ), keahlian belum sesuai dengan dunia kerja,  kualitas lususan relatif masih rendah, tidak memiliki keterampilan spesial atau khusus yang menjadikan siswa tersebut bingung dalam menentukan masa depannya, sehingga siswa tersebut tidak melanjukan sekolah lagi atau bisa dikatakan  putus sekolah.
Output pada dasarnya akan banyak dipengaruhi oleh input dan proses, keefektifan proses. Sistem input yang berkualitas tentu dapat menghasilkan output yang berkualitas pula. Teori Sistem informasi “Gold in-Gold out” dapat digunakan dalam hal ini. Suatu output dikatakan berkualitas apabila telah memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh Standar Nasional Pendidikan (SNP).Output pendidikan sebagai suatu sistem sewajarnya dapat dicerminkan dari suatu prestasi mutu lulusan sekolah yang sejatinya merupakan suatu proses pembelajaran yang didukung oleh semua unsur baik dari level kementerian, dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai pada kelembagaan persekolahan yang merupakan unit terkecil. Dengan kata lain, makro, meso dan mikro pendidikan secara bersama-sama menjalankan perannya sehingga menghasilkan output yang terstandar dengan baik
4.      Fakta outcome
Outcome adalah efek jangka panjang dari proses pendidikan misalnya penerimaan di pendidikan lebih lanjut, prestasi dan pelatihan berikutnya, kesempatan kerja, penghasilan serta prestise lebih lanjut. Akan tetapi dalam kenyataan dilapangan banyak siswa yang tidak diterima disebuah pendidikan lebih lanjut dikarenakan prestasinya kurang baik ia juga tidak diterima disuatu pekerjaan sehingga siswa tersebut menjadi pengangguran dan luntang-lantung tanpa arah yang banyak meresahkan masyarakat. Akan tetapi tidak sedikit juga anak yang diterima di pendidikan lebih lanjut dan diterima disuatu pekerjaan, dalam siswa yang diterima disuatu pendidikan ini, ada siswa yang benar-benar dalam belajarnya, dan sebaliknya, mereka hanya main-main saja dalam belajarnya, mereka hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain saja. Bagi siswa yang benar-benar dalam belajarnya, setiap teori pembelajaran yang dipelajari disekolah selalu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya dan apabila siswa karena siswa ini tidak hanya menginginkan nilai belaka tapi ia menginginkan kesesuaian niali tersebut dalam kehidupannya.

C.    kebijakan input, proses, output, outcome

1.      kebijakan input
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Hadits riwayat bukhari dan muslim
``Setiap anak dilahirkan dalam kedaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR.Bukhari dan Muslim )
Ayat yang membicarakan tentang hak anak untuk mendapatkan tarbiyah (pembinaan dan pendidikan) juga ayat-ayat yang mengisyaratkan hal itu, sebagaimana dalam surat Luqman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ  
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar” (QS. Luqman: 13).
2.      kebijakan proses
Pengertian proses belajar mengajar dalam arti sederhana dapat dipahami dari beberapa ayat  dibawah ini.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq : 1-5)
Melalui metode membaca (iqra’) Tuhan (melalui Malaikat jibril) ingin agar Nabi Muhammad membacakan segala sesuatu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril. Para ulam tafsir melihat bahwa kata kerja perintah membaca (fi’il amr), yakni kalimat iqra’ (bacalah) pada ayat al-‘alaq tersebut tidak ada objek atau maf’ulnya. Hal ini menunjukan bahwa yang dibaca itu mencakup berbagai hal yang amat luas, yakni tidak hanya membaca yang tersurat atau yang tidak, melainkan yang termasuk yang tersirat atau yang tidak tertulis. Adanya ayat-ayat Tuhan yang terdapat didalam alam jagat raya, fenomina sosial, dan lainnya termasuk hal-hal yang harus dibaca. Dalam kamus bahasa Arab, kosakata iqra’ atau membaca berarti menghimpun atau mengumpulkan, yakni menghimpun atau mengumpulkan informasi berupa data, fakta yang kemudian disusun mnejadi ilmu pengetahuan. Proses belajar mengajar sebgaimana digambarkan pada ayat tersebut juga melibatkan visi dan tujuan, yaitu berdasarkan nama  Tuhan, bismi rabbika (dengan menyebut nama Tuhanmu) dan warabbuk al-akram (Tuhanmu lebih mulia), dalam arti agar bacaan tersebut berisi ajaran dan petunjuk Tuhan, ditunjukan untuk membuktikan keagungan Tuhan, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Adapun manfaaatnya adalah untuk manusia. Melalui visi dan tujuan ini, maka idiologi pendidikan islam dapat dikenali, yaitu idiologi yang berbasis pada theo-antropocentris. Yakni memusatkan pada kebutuhan manusia dengan jalan mengikuti petunjuk Tuhan. Selain itu, proses belajar mengajar dalam ayat tersebut juga melibatkan sarana prasarana yang direpsentasikan dengan kosakata pena dalam arti yang seluas-luasnya, yakni alat tulis, alat rekam, alat foto, alat penyimpanan data, dan sebagainya; serta adanya kurikulum, yang dipresentasikan dengan kata allamal al-insan ma’lam ya’lam, yakni mengajarkan sesuatu yang belum diketahui manusia.

zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ  
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah:31)
            Maksud dari surat Al-baqarah ayat 31 dalam proses belajar mengajar berlangsung dari Tuhan (sebagai mahaguru) kepada adam (sebagai mahasiswa). Adapun materi yang diajarkan pada proses belajar mengajar tersebut berupa nama-nama atau tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Adapun metode yang digunakan adalah metode al-ta’lim, yakni memberikan pengertian, pemahaman, wawasan dan pencerehan tentang segala sesuatu dalam rangka membentuk pola pikir (mindset).
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ   øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ  
“Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS.Luqman:12-13)
Maksud dari surat luqman ayat 12 diatas adalah proses belajar mengajar berlangsung dari Tuhan kepada Luqman al-Hakim, materi yang diajarkan berupa hikmah, dan tujuannya agar Luqman menjadi orang yang bersyukur, yakni selain memuji keagungan Allah SWT, juga mau mengamalkan ilmunya itu dalam kehidupan sehari-hari, serta mengajarkannya kepada anak-anaknya dan seterusnya.[5]
            Selanjutnya pada hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari Umar tersebut diatas, proses belajar mengajar berlangsung dari jibril (atas perintah Tuhan) kepada Nabi Muhammad Saw. Metode yang digunakan  berupa majelis, posisi murid dalm bentuk halakah (duduk bersila dalam keadaan melingkar), dan materteri yang diajarkan berupa pokok-pokok agama yang berkenaan dengan dasar-dasar
(rukun) keimanan, keislaman, keihsanan, dan tentang tanda-tanda hari kiamat.[6]
Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah. Upaya penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut.
3.      Kebijakan output
Secara teori proses belajar mengajar adalah kegiatan yang melibatkan sejumlah komponen yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. Komponen tersebut antara lain meliputi visi dan tujuan yang ingin dicapai, guru yang profesional dan siap mengajar, murid yang menerima pelajaran, pendekatan yang digunakan, strategi yang akan diterapkan, metode yang kan dipilih, tekhnik dan taktik yang akan digunakan.
Dari komponen-komponen tersebut yang meliputi seorang guru menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Tenaga Kependidikan adalah Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.  Pendidik tidak hanya bertanggung jawab dalam memberikan materi pengajaran tetapi membentuk kepribadian peserta didik. Hal itu masih sangat jarang karena kebanyakan pendidik masih tak acuh kepada peserta didik dan hanya beranggapan “bahwa yang penting sudah mengajar”
4.      Kebijakan outcome
 “Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah kerjakan.” (QS. Az-Zumar ayat 35)
“katakanlah: wahai kaumku, berbuatlah sepenuk kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang dolim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.” (QS. Al-An’am ayat 135)

D.    Filsafat input, proses, output, outcome

1.      Filsafat input
Menurut Ahmad Tafsir mengatakan dalam bukunya filsafat pendidikan islam berpendapat bahwa istilah untuk peserta didik adalah murid bukan pelajar, anak didik atau peserta didik. Beliau berpendapat bahwa pemakaian murid dalam pendidikan mengandung kesungguhan belajar, memuliakan guru, keprihatinan guru terhadap murid. Dalam konsep murid ini terkandung keyakinan bahwa mengajar dan belajar itu wajib, dalam perbuatan mengajar dan belajar terdapat keberkahan tersendiri. Pendidikan yang dilakukan oleh murid dianggap mengandung muatan profane dan transcendental.
Lebih lanjut Ahmad Tafsir mengatakan, sebutan murid lebih umum sama halnya dengan penyebutan anak didik dan peserta didik. Istilah murid memiliki ciri khas tersendiri dalam ajaran Islam. Istilah murid ini pertama kali diperkenalkan oleh kalangan sufi. Istilah murid dalam tasawuf mengandung pengertian orang yang sedang belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan menuju Tuhan. Hubungan antara guru dan murid adalah hubungan searah. Pengajaran berlangsung dari subjek (guru) ke objek (murid). Dalam ilmu pendidikan hal seperti ini disebut pengajaran berpusat pada guru.
Murid dalam pengertian pendidikan umum adalah ialah tiap kelompok atau sekelompok individu yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Murid dalam pengertian pendidikan secara khusus adalah anak yang belum dewasa yang menjadi tanggung jawab pendidik.


Adapun menurut beberapa aliran filsafat input adalah:
1. Menurut Aliran Empirisme  anak-anak yang lahir kedunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh karena anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberi warnapendidikannya.
2. Menurut Aliran Konvergensi seseorang terlahir dengan pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir tidakakan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai denganperkembangan bakat dan pembawaan tersebut.
3. Menurut Aliran Naturalisme bahwa anak yang baru lahir pada hakekatnyamemiliki pembawaan baik, namum pembawaan baik itu dapat berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa: Keluarga, Sekolah ataupun Masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagaiAliran Negativisme.
2.      Filsafat proses
Mengingat proses kependdikan adalah suatu proses pengembangan kemamapuan dasar atau kemampuan manusia maka dengan sendirinya proses tersebut akan berjalan seseuai dengan hukum-hukum perkembangan, yaitu hukum kesatuan organis, yang menyatakan bahwa perkembangan manussia berjalan secra menyeluruh organ-organya, baik organ tubuhnya maupun organ rohaninya, yang menyatakan bahwa perkembangan manusia berjalan secara menyeluruh dalam seluruh  organ-organnya, baik organ tubuhnya maupun organ rohaninya, bukan organ  yang satu sama lain berdiri sendiri. Fungsi kejiwaan manusia tidak berkembang terlepas antara satu fungsi dengan yang lain, melainkan saling mempengaruhi antara fungsi yang satu dan yang lainnya. Demikian pula fungsi organ-organ tubuhnya. Fungsi-fungsi kejiwaan manusia melipiti, antara lain pikiran, kemauan, perasaan, ingatan, dan nafsu-nafsu yang senantiasa berkembang secara menyeluruh, tidak terpisah antra yang satu dari yang lainnya atau tidak berdiri sendiri.
     Aliran empirisme dinyatakan sebagai faktor yang paling dominan dampaknya terhadap proses perkembangan manusia. Meskipun pandangan demikian  kurang populer saat ini, namun dimasyarakat, misalnya di negara komunis, faktor yang disengaja (usaha pendidikan) dalam proses pendidikan dipandang menentukan perkembangan manusia.
     Lain halnya dengan dengan pandangan aliran navitisme yang menganggap faktor pembawaan atau bakat serta kemampuan dasar sebagai penentu dari proses perkembanan manusia. Sehingga proses perkembangan hidup manusia ditentujkan oleh faktor dasar ini. Akibatnya ialah bahwa faktor-faktor eksternal seperti pendidikan atau lingkungan sekitar serta pengalaman tidak ada artinya dari perkembangan hidup manusia. Paham ini sudah tentu kurang dapat dipertanggungjawabkan bilamana dilihat dari realitas hidup manusia sebagai anggota masyarakat. Karena manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh yang bersifat timbal balik (interaksi) antara individu satu dengan yang lainnya.
     Bila dibandingkan dengan pandangan konvergensi, yang menganggap bahwa proses perkembangan manusia itu selalu ditentukan oleh perpaduan pengaruh dari faktor pembawaan (kemampuan dasar) dan faktor lingkunga sekitar, baik yang disengaja (seperti kependidikan) maupun yang tidak sengaja, seperti pergaulan dan lingkungan alam maka kedua faktor ini selalu berproses secar interaksi dalam pembentukan watak dan kepribadian manusia. Hanya yang perlu diperhatikan bagaimana proses tersebut dapat diarahkan kepada tujuan yang diinginkan oleh peradaban masyarakat.
     Di sinilah peranan lembaga pendidikan dengan segala kelengkapannya harus benar-benar berfungsi dan efektif dan efisien. Maka jelaslah kedua pandangan airan tersebut, yaitu empirisme dan navitisme, kecuali berat sebelah hakikat hidup manusia, juga tidak mengahargai harkat manausia yang pada hakikatnya berpusat pada proses individualitas dan sosialitasnya secar naluriah, yang tidak mungkindihindarkan dalam perkembangan hidupnya. Individualitas dan sosialitas manusia sebagai mahluk Tuhan baru terbentuk denganutuh (integrated) bial dilandasi dengan faktor moralitas (kemampuan bersusila). Hidup bermasyarakat senantias diikat dengan norma-norma yang menagtur jalan hidupnya agar teratur dan tertib, baik norma kultural maupun agama yang dipeluknya. Pengaruh dari dalam (bakat) dan dari luar (pendidikan) berproses secara interaktif menuju titik optimal perkembangan.
     Lain halnya dengan pandangan pragmatisme dalam kependidikan, seperti yang dikemukakan oleh beberapa pendidik di Amerika Serikat, misalnya John Dewey, yang menytakan bahwa: “pendidikan adalah suatu proses yang tidak pernah akhir” (Education is the proces wihout end) dan berbagi proses itu berlangsung dalam berbagi tujuan, yaitu sebgai berikut.
a.  Proses tranmisi dan tranformasi kultural (kebudayaan) dari generasi ke generasi.
b.  Proses komunikasi karena . demikian pula dala proses pendidikan.
c.  Proses direksi (pengarahan) terhadap lingkunga sekitar dan kemampuan dasa r anak didik.
d.  Proses konservari dan progresif, yaitu mengawewtkan kebudayaan dan memajukan kebudayaan masyarakat.
e.  Proses rekapitulasi dan rekontruksi: proses pengulangan kebudayaan nenek moyang manusa dan sekaligus menyusun kembali (reorganize) pengalaman yang akan memperbesar abilitas (kecakapan) mengarahkan proses berikutnya.
            Education by process (pendidikan melalui proses) yang berlandaskan atas filsafat pragmatisme seperti dikemukakan oleh Joh Dewey di atas, bertujuan untuk memberikan pengalaman empiris kepada anak didik sehingga terbentuklah suatu pribadi  yang “belajar dan berbuat” (learning by doing). Proses demikian menurut pandangan ini, terus berlangsung sepanjang hayat dengan dasar semboyan: Man is in the making (manusia terus-menerus berada dalam proses menjadi). Hanya niali-nilai yang diberikan ukuran ini, bukan absolutisme seperti nilai kewahyuan (nilai samawi) melainkan niali relatif, yaitu nilai-nilai baik-buruk, berguna dan tidak berguna dikaitkan dengan pertimabangan kultural masyarakat yang sudah barang tentu bergantung pada tempat dan waktu. Abgi masyarakat, nilai-nilai tersebut selalu berubah-ubah sejalan dengan presepsi kebudayaan (kultural) masyarakat yang mengalami perubahan nilai-nilai berkat pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi canggih yang semakin berkembang.[7]
3.      Filsafat output
Menurut pandangan aliran pragmatis berkenaan dengan pertanyaan dan pernyataan lulusan yang dihasilkan, seperti bermutu atau tidak, terampil atau tidak, bisa bekerja atau tidak, dan lain sebagainya, itu merupakan suatu kewajaran apabila masyarakat mempertanyakan hal tersebut, karena sebagai pelanggan (costumers) eksternal dari sebuah lembaga pendidikan, mereka memiliki hak untuk tahu dan memastikan jika anak-anak yang telah dan akan mereka ‘titipkan,’ betul-betul memiliki kompetensi dan bekal hidup yang sesuai harapan
4.      Filsafat outcome
Outcome secara empiris telah terjadi kekurang-sepadanan antara Supply dan Demand keluaran pendidikan. Dalam arti lain, adanya kekurang cocokan kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, dimana hasil dari profil lulusan merupakan akibat langsung dari perencanaan pendidikan yang tidak berorentasi pada realitas yang terjadi dalam masyarakat. Pendidikan dilaksanakan sebagai bagian parsial, terpisah dari konstelasi masyarakat yang terus berubah. Pendidikan diposisikan sebagai mesin ilmu pengetahuan dan teknologi, cenderung lepas dari konteks kebutuhan masyarakat secara utuh          

E.     Solusi

1.      Solusi Input
Suatu lembaga sekolah dalam penerimaan siswa baru seharusnya tidak hanya memandang terhadap kemampuan si anak untuk membayar sekolahnya saja (materi) akan tetapi lembaga tersebut harus memperhatikan  potensi anak tersebut, boleh jadi anak yang tidak diterima dilembaga tersebut mempunyai potensi yang baik yang akan mengharumkan nama baik lembaga sekolah tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut suatu lembaga sekolah sebelum penerimaan siswa baru harus melakukan tes seleksi masuk terlebih dahulu dan tes psikotes sehingga kita bisa melihat kemampuan anak tersebut.
2.      Solusi Proses
Dalam suatu proses belajar mengajar, suatu lembaga sekolah harus memiliki seorang guru yang profesional yang siap untuk mengajar seorang siswa dan siswa yang siap untuk belajar dengan guru tersebut. Untuk memacu rasa kesiapan siswa dalam belajar, guru bisa melakuka metode-metode dalam pembelajaran sehingga anak tidak merasa bosan dalam pemebelajaran tersebut. Didalam proses selain pendidik dan peserta didik, sarana prasarana yang ada di sekolah juga sangat mendukung demi kelangsungan belajar tersebut, sarana tersebut bisa berupa kurikulum, buku penunjang belajar, kelas, kursi, bangku, papan tulis, spidol/kapur, laboratorium, perpustakaan, lapangan olah raga dan lain-lain.
Suatu proses agar keberhasilanya sesuai harapan, maka harus diawali dengan perencanaan ( planning). Perencanaan yang baik akan mendorong terselenggaranya proses yang ideal sehingga setiap pelaksanaan proses harus mengetahui unsur-unsur perencanaan, misal bagi seorang guru yang akan melaksanakan proses pembelajaran, maka guru tersebut harus menguasai unsur-unsur perencanaan proses pembelajaran yang baik, seperti:
1. Kebutuhan peserta didik
2. Kompetensi dasar
3. Tujuan
4. Strategi dll.
Tentunya sebaliknya, perencanaan yang kurang optimal hanyalah akan menghasilkan kegagalan, sebagaimana pepatah bijak mengatakan: “Gagal dalam perencanaan sama dengan merencanakan kegagalan”
3.      Solusi Output
Suatu lembaga sekolah supaya mengahsilkan output yangg baik, sekolah itu harus bisa menyalurkan bakat anak tersebut, memberikan bimbingan tentang pentingnya suatu pendidikan supaya anak tersebut berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Output pendidikan sebagai suatu sistem sewajarnya dapat dicerminkan dari suatu prestasi mutu lulusan sekolah yang sejatinya merupakan suatu proses pembelajaran yang didukung oleh semua unsur baik dari level kementerian, dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai pada kelembagaanpersekolahan yang merupakan unit terkecil. Dengan kata lain, makro, meso dan mikro pendidikan secara bersama-sama menjalankan perannya sehingga menghasilkan output yang terstandar dengan baik.
4.      Solusi Outcome
Sebenarnya antara output dan outcome masih dekat kaitannya output adalah hasil jangka pendek dan outcome adalah hasil jangka panjang. Untuk menghasilkan outcam yang baik anak tersebut harus diberi pelatihan yang baik
Agar hasil lulusan memiliki outcome yang memadai. Oleh karenanya, dewan sekolah/komite sekolah juga perlu ikut merumuskan, memberi masukan dan mengevaluasi visi, misi, strategi sekolah agar apa yang dihasilkan oleh sekolah relevan dengan apa yang dibutuhkan masyarakat




 

 

 




BAB III
ANALIS
Input adalah bahan mentah yang dimasukan kedalam tranformasi. Dalam dunia sekolah disebut dengan bahan mentah adalah siswa baru yang mempunyai potensi dan akan dimasukan sekolah.
Kepribadian siswa ini ada yang bersifat sanguinis, kholeris, melankolis, phelegmatis. Dari kepribadian tersebut kita dapat mengetahui kepribadian siswa tersebut dan bagaimana cara pendidiknya, untuk memahami siswa dan bersosialisasi dengan semua siswa. Selain kepribadian potensi mereka pun berbeda, dan perbedaan itu tidak dapat diseragamkan dengan satu aturan yang sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, para pendidik dan lembaga sekolah harus menghargai perbedaan yang ada pada diri mereka. Perbedaan yang terjadi siswa memang menimbulkan satu permasalahan tersendiri yang harus diketahui dan dipecahkan sehingga pengelolaan siswa dalam satu kerangka kerja yang terpadu mutlak diperhatikan, terutama pertimbangan pada pengembangan kreativitas.
Manfaat seorang pendidik memahami perbedaan siswa yaitu berjalannya suatu proses pembelajaran yang melibatkan sejumlah komponen yang saling berkaitan. Komponen tersebut antara lain meliputi visi dan tujuan yang ingin dicapai, guru yang profesional dan siap mengajar, murid yang menerima pelajaran, pendekatan yang digunakan, strategi yang akan diterapkan, metode yang kan dipilih, tekhnik dan taktik yang akan digunakan. dalam kegiatan belajar mengajar dapat diumpamakan, bahwa bakat, minat, kecerdasan, dan berbagai kemampuan peserta didik merupakan potensi yang akan baru berharga dan sebagai manusia apabila berbagai potensi tersebut diolah, diproses, dibina, dibentuk, dan dikembangkan menjadi sesuatu yang bernilai dan berguna bagi manusia.
Untuk menetukan ukuran keberhasilan sebuah proses belajar mengajar itu dapat dilihat pada sejauh mana proses tersebut mampu menumbuhkan, membina, membentuk, dan memberdayakan segenap potensi yang dimiliki oleh siswa, atau pada sejauhmana ia memberikan perubahan kepada siswa secara signifikan baik pada kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa.
Dari proses belajar mengajar ini akan mengahsilkan suatu output (lulusan). Suatu output akan dikatakan baik apabila proses dan input itu baik, begitu pun sebaliknya apabila input dan proses itu kurang baik maka outputnya pun akan kurang baik, karena output, sangat ditentukan proses, dan proses sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input yang diperlukan untuk berlangsungnya proses.
            Dari output (lulusan) ini, potensi yang dimiliki oleh input harus kita kembangkan untuk mendapatkan outcome (lulusan yang melanjutkan sekolah atau diterima disuatu pekerjaan) yang baik. Dalam hal ini guru juga bisa menyalurkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa, karena guru salah satu faktor untuk tercapainya kesuksesan seorang siswa.

BAB IV
 PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari uraian makalah diatas tentang “Input Proses Output, Outcome” dapat saya simpulkan bahwa input proses output outcome sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan.
Input adalah semua potensi yang ‘dimasukkan’ ke sekolah sebagai modal awal kegiatan pendidikan sekolah. Berkaitan dengan siswa, input adalah ‘siswa baru’ yang diterima dan siap dididik/diberdayakan. Input adalah bahan mentah yang dimasukan kedalam tranformasi. Dalam dunia sekolah disebut dengan bahan mentah adalah siswa baru yang akan masuk sekolah. Tanpa adanya peserta didik, keberadaan sistem pendidikan tidak akan berjalan. Karena kedua faktor antara pendidik dan peserta didik merupakan komponen paling utama dalam suatu sistem pendidikan. Berdasarkan fakta, peserta didik merupakan titik fokus yang strategis karena kepadanyalah bahan ajar melalui sebuah proses pengajaran. Menurut  kalangan sufi istilah siswa  dalam tasawuf disebut dengan murid yang mengandung pengertian orang yang sedang belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan menuju Tuhan. Kebijakan input terdapat pada UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 4, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Proses adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang dirancang secara sadar dalam usaha meningkatkan kompetensi input demi menghasilkan output dan outcome bermutu. Kebijakan proses terdapadat pada QS. Al-A’laq ayat 1-5. Berdasrkan fakta yang saya lihat bahwa dalam proses belajar mengajar ini banyak pendidik yang tidak siap untuk mengajar sehingga peserta didik sulit untuk menerima pembelajaran dengan baik, solusi dari permasalahan ini suatu lembaga harus memilih pendidik yang profesional yang mempunyai perencanaan dalam pembelajaran.
Output adalah hasil dari proses belajar mengajar berupa lulusan (alumni) dan putus sekolah. Suatu output itu dapat dilihat dari proses pembelajarannya dan kesiapan input dalam melaksanakan proses belajar dan bagaimana apakah hasil (output) dari proses tersebut baik atau tidak kita dapat melihatnya didalam outcome. Berdasrkan fakta output sekarang banyak banyak yang krisis kejujuran dan ahlak, solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan cara membimbing dan menjadikan peserta didik anak yang baik. Kebijakan output terdapat  pada UU No. 20 tahun 2003.
Outcome adalah lulusan yang melanjutkan sekolah atau diterima disuatu pekerjaan, akan tetapi berdasarkan fakta banyak peserta didik yang yang tidak melanjutkan sekolah dikarenakan kekurangan biaya dan banyak peserta didik yang tidak diterima disuatu sekolah stingkat selanjutnya dikarenakan semakin ketatnya persaingan diantara mereka sehingga banyak lulusan yang pengangguran bahkan ada yang menjadi sampah masyarakat. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dewan sekolah/komite sekolah juga perlu ikut merumuskan, memberi masukan, mengevaluasi dan menyalurkan bakat yang dimiliki peserta didik, supaya peserta didik sesuai ynag diinginkan oleh masyarakat.

B.     Saran

Dengan adanya pembahasan tentang input, proses, output, outcam saya mengharapkan pendidikan di Indonesia berjalan dengan baik yang sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menghasilkan lulusan yang baik dan diterima di suatu lembaga sekolah atau suatu pekerjaan.
Dari makalah saya yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi saya pribadi. Yang baik datangnya dari Allah Swt, dan yang buruk datangnya dari saya. Dan saya sadar bahwa makalah saya ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi saya harapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

DAFTAR
PUSTAKA

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Ilmu pendidikan islam, jakarta: Prenada Media Group, 2006, hlm 103
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media Group,2010
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1997
A.    Heris Hermawan, Filsafafat Pendidikan Islam, jakarta: Direktorat Pendidikan Islam,
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,  Jakarta: Bumi Aksara,2005
http:///Ayat-Ayat%20Qur%E2%80%99ani%20Tentang%20Hak-Hak%20Anak%20_%20Muslimah.Or.Id.htm
http:///SIstem%20input-proses-output-outcome%20pendidikan%20bermutu%20%20%20Denny%20Kodrat%20-%20Academia.edu.html
http:////undang-undang%20tentang%20outpur%20dan%20outcam.htm






[1] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 3
[2] A. Heris Hermawan, Filsafafat Pendidikan Islam, (jakarta: Direktorat Pendidikan Islam), hlm. 182
[3] A. Heris Hermawan.op.cit; hlm. 186
[4]  Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,2010), hlm 139
[5] Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,2010), hlm. 145-146
[6] Prof. Dr. H. Abudin Nata .op.cit;hlm 142
[7] Prof. H. Muzayyin Arifin. M.Ed., Filsafat Pendidikan Islam,  (Jakarta: Bumi Aksara,2005)  hlm 57-60
0 Responses

Posting Komentar